Saturday, September 18, 2010

kisah anak kecil yang Mati Selama Setengah Jam dan hidup kembali disaat jenazahnya akan di bawa pulang kerumah

Tasya lahir di Kampung Bagan Tanjungpiayu, 25 September 2005, dalam kondisi sehat walafiat. Namun kebahagiaan yang dirasakan pasangan muda tersebut hanya sesaat, ketika tiba-tiba di usia dua bulan, Tasya mendadak didera panas tinggi.

Tidak itu saja, panas tinggi yang disertai dengan kejang-kejang itu, memaksa pasutri dari keluarga miskin itu melarikan Tasya ke RSUD Batuaji. Di sana, Tasya sempat dirawat selama seminggu, namun tidak ada perubahan berarti pada diri gadis cilik berkulit putih tersebut, Syafrizal kemudian memindahkan Tasya ke RS Otorita Batam.Ada kisah menarik ketika Tasya dirawat di RS Otorita Batam. Menurut Syafrizal, anak sulungnya itu sempat dinyatakan meninggal sebanyak tiga kali. “Nafasnya hilang tiga kali,” ungkap Syafrizal.

Hilangnya detak nafas putrinya, pertama berlangsung lima menit. Kemudian kembali bernafas tiga menit. Dan yang membuat jantung Syafrizal tak karuan, dirinya mendapati anaknya tak bernafas selama setengah jam. “Kata dokter Tasya sudah ga ada, malah disuruh dikafani,” ujar Syafrizal yang kala itu langsung melelehkan air matanya.

Beberapa jam peristiwa mengangkan yang dialami Tasya diakhiri dengan pernyataan dokter yang menyatakan ketidaksanggupan menolong si bocah. Setelah dinyatakan “mati”, Syafrizal mengaku disodori lembaran surat dari RSOB. “Baca sepintas katanya, agar saya tidak menuntut apa-apa atas kematian anak saya,’’ ungkapnya.

Tak sangggup menahan kepedihan, emosi pria yang sehari-hari sebagai nelayan di Pulau Akar itu merobek tujuh lembar surat yang diserahkan kepadanya. “Kami langsung pulang,” katanya sambil terus meratapi kematian anaknya dan tak ingin mengkafani anaknya itu dan memilih membungkusnya dengan kain batik. Selama dalam perjalanan pulang, tak ada satupun suara yang keluar dari pasangan muda yang dihantar oleh tetangganya ini dengan menggunakan kendaraan umum ini. Namun sebuah peristiwa yang tak disangka terjadi.

Ketika mobil yang mengangkut tubuh Tasya itu berada di Jembatan I Barelang, mendadak suara tangis Tasya meledak. Karuan saja para penumpang yang menyangka Tasya sudah meninggal langsung menyuruh sopir mobil untuk berhenti. “Dia tiba-tiba nangis sampai moblnya berhenti,” ujar Sumarni yang kala itu berada di samping suaminya yang menggendong Tasya. Tangis kegembiraan anak pulau ini akhirnya mengantarkan Tasya hingga kembali ke gubuk orangtuanya di Pulau Akar untuk menjalani pengobatan. ( sumber : posmetrobatam)

No comments: