Muhammad Burahman, 55, menemukan kelapa yang tertanam di dalam kayu yang sudah membatu di Sungai Batang Hari, Lubuk Aling-Aling, kawasan perbatasan Padang-Jambi tahun 2007 lalu. Dia tak pernah menyangka batu kayu yang sudah membatu tersebut di dalamnya ada batu seperti kelapa. Hampir 21 tahun dia bekerja sebagai pencari aneka kayu berusia ratusan tahun dijadikan karya seni dan perhiasan rumah, baru kali ini dia menemukan fosil kayu yang di dalamnya ada kelapa. ”Saya tahu itu fosil kayu yang sudah membatu karena itu bidang saya.
Saat memahat ingin menjadikan kendi, saya melihat ada batu terpisah di dalam, bulat, dan berwarna hitam. Saya tak jadi membuat kendi dan memahat habis sampai batu sebesar kepala itu bisa dilepas dari fosil. Saat itu kelapa masih menempel dengan ulir serat seperti batu,” ujar Burrahman di Tiban BTN Blok N nomor 24, Jumat (15/10)..
Saat Burrahman memisahkan cangkang dari batu tersebut, masih terdapat ulir serat seperti serta kelapa. ”Ini sudah kita bawa ke laboratorium penelitian fosil purbakala Universitas Gajah Mada (UGM), dan hasilnya ini merupakan fosil. Kayu dan kelapa ini sudah membatu karena sudah lama mengendap. Prosesnya sama seperti terjadinya batu bara,” ujarnya.
Sampai sekarang, ulir serta batu berwarna hitam tersebut masih mengeluarkan aroma kelapa yang masih segar. Batu ini juga dipercaya mampu mengobati pasien. Namun Burrahman tak mau membuka praktik pengobatan. ”Hanya sebatas keluarga saja, batu ini direbus, dan airnya diminum,” ujarnya (batampos)
No comments:
Post a Comment