Friday, August 27, 2010

3 ciri - ciri anak sehat dengan melihat perkembangan ukuran kepala mereka

Cara Mengetahui anak kita tumbuh dengan sehat apa tidak PENGUKURAN fisik atau antropometri diperlukan untuk memantau proses tumbuh kembang buah hati. Ada tiga pengukuran fisik yang dilakukan terhadap anak sejak dilahirkan. Yakni, berat-panjang badan, lingkar kepala, dan status gizi. Semuanya berdasar umur. ''Semua indikator tersebut saling menunjang. Bukan berat badan saja yang diperhatikan,'' kata dr Hartoyo SpA.

Spesialis anak dari RS Husada Utama Surabaya itu mengatakan, orang tua sering salah kaprah memonitor pertumbuhan si kecil. Mereka menganggap, berat badan sebagai satu-satunya indikator anak sehat.

Pertumbuhan berat badan harus linier dengan tinggi badan. ''Pemeriksaan lingkar kepala bisa menunjukkan perkembangan otak dan mendeteksi penyakit tertentu,'' ucapnya. Sayang, pemeriksaan lingkar kepala itu justru luput dari perhatian orang tua.

Hartoyo menyarankan, pengukuran lingkar kepala dilakukan secara rutin. Untuk anak berusia kurang dari setahun, pemeriksaan sebaiknya dilakukan setiap bulan. Nah, bagi anak berusia lebih dari dua tahun, pemeriksaan dilakukan setiap dua bulan.

Caranya cukup mudah. Alat yang digunakan adalah pengukur lingkar kepala. Alat begini tersedia di toko peralatan medis. Posisikan alat tepat di atas alis dan telinga bayi. Cantumkan hasilnya pada kurva yang ada pada kartu menuju sehat (KMS) dan amati secara berkala. Apabila garis berada di dalam grafik, artinya lingkar kepala normal. Namun, bila di luar grafik, mungkin anak akan mengalami makrosefali (kepala besar) atau mikrosefali (kepala kecil).

Sebaiknya, perkembangan kepala bayi saat usia kurang dari dua tahun tak lebih dari 1,5 cm per bulan. Jika ukuran kepala bayi membesar terlalu cepat, mungkin anak menderita hidrosefalus. ''Jika ukuran lingkar kepala tak tumbuh-tumbuh, dikhawatirkan anak menderita mikrosefali,'' ujarnya.

Anak yang mengalami mikrosefali ditandai kepala kecil, dahi tipis, dagu kecil, telinga relatif besar, perawakan pendek, serta mengalami gangguan menelan. Mungkin juga, katarak, keterlambatan bicara, dan gangguan konsentrasi. Secara umum, kualitas hidup anak mikrosefali cenderung buruk. Sebab, fungsi otak tidak normal, mengalami epilepsi, serta perkembangan motorik dan bahasa lambat. ''Dengan diketahui sedini mungkin, anak bisa segera ditangani sehingga tak memengaruhi kecerdasan dan tumbuh kembangnya,'' kata Hartoyo.

Pengukuran tersebut dilakukan rutin bila si mungil dibawa ke posyandu. Meski begitu, tak ada salahnya orang tua berperan aktif untuk memantau tumbuh kembang buah hatinya.

sumber artikel : batampost.co.id
sumber gambar : whatzups.com

No comments: